KARYA LUKISAN RADEN SALEH

Raden Saleh Syarif Bustaman lahir dari keluarga ningrat di Terbaya, Semarang, Jawa Tengah pada tahun 1807. Ayahnya bernama Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab, sedangkan ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen. Pada tahun 1829, hampir bertepatan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen memberangkatkan Raden Saleh untuk belajar ke Belanda. Selain untuk belajar seni lukis, keberangkatannya juga mengemban misi lain yang tertulis dalam sebuah surat dari pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen. Dalam surat tersebut, Raden Saleh ditugaskan untuk mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Dalam karyanya, Raden Saleh banyak menggambarkan romantisme yang berkembang di Eropa pada awal abad ke-19 Masehi. Ciri romantisme yang muncul di dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Misalnya, gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas), dan ketidakpastian takdir (dalam realitas). Melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain, seperti kebiasaan berburu hewan.

Di samping itu, Raden Saleh juga mengusungkan gagasan tentang kemerdekaan dan kebebasan, kemerdekaan, serta menentang penindasan dalam karya-karyanya. Salah satunya terwujud dalam lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1857. Lukisan ini semula dipersembahkan Raden Saleh kepada Raja Willem III, namun pada tahun 1978 kembali dibawa pulang oleh Indonesia, seperti dikutip dibuku Buku Ajar Sejarah Seni Rupa Nusantara oleh Yofita Sandra. Pada tahun 1883 di Amsterdam, diselenggarakan pameran dunia yang bernama Exposition Universelle Coloniale at d'Exportation General. Dalam pameran ini terdapat Bangunan Kolonial khusus, di mana dipamerkan berbagai barang dan produk daerah-daerah jajahan Belanda. Di situ tergantung pula sembilan belas lukisan karya Raden Saleh, yang sebagian milik Raja Willem III. Lukisan Raden Saleh yang dikagumi berupa lukisan-lukisan yang menggambarkan perburuan banteng, pergulatan singa, dan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, demikian dikutip dari buku Di Negeri Penjajah oleh Harry A Poeze. Berkat karya-karyanya, Raden Saleh juga banyak dianugerahi penghargaan, baik oleh Belanda maupun Indonesia. Dari pihak Belanda di antaranya seperti bintang Ridder der Order van Eikenkoon (REK), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (CFJO), Ridder der Koonorde van Pruisen (RKP), dan Ridder van de Witte Valk. Sedangkan dari penghargaan dari Pemerintahan Indonesia diberikan tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan secara anumerta berupa Piagam Anugrah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.